Perbedaan nyata antara sahabat versi dulu dan kini hanyalah mengenai kehadiran fisik. Persepsi yang tercipta dahulu kala, sahabat adalah orang yang ada di kanan kiri kita secara fisik setiap saat. Urusan yang bersangkutan nyaman atau tidak bersama kita adalah urusan belakangan. Yang jelas sosok sahabat adalah mengenai kehadiran secara fisik.
Namun berjalannya waktu, kesibukan dan kegiatan masing2 mengurangi jatah intensitas yang dahulu sering dijalani. Ga seru dan terkesan ga punya kerjaan kalau everytime harus ada disisisnya kan??. Versi sahabat kini adalah mengenai ketulusan. Ya,ketulusan menerima sahabatnya walaupun jarak membentang. Jujur jika sahabatnya keliru sekalipun itu menyakitkannya. Jika ada kesempatan bertemu,tak akan di sia2kan. Ngobrol kesana kemari hingga dini hari pun tak terasa menjemukan. Yang ada justru tawa ria bahagia. Rasa sayang yang terpancar dari matanya. Ketulusan yang ia berikan pun sangat terasa ketika kita berada si sisinya.
"lalu nikmat Tuhan mana lagi yang masih kamu dustakan?"..
teman yang tulus menyayangi kita merupakan rejeki yang Tuhan berikan yang tak dapat diandingkan dengan apapun. Jika kita mau dan mampu mensyukuri setiap jengkal yang melekat di diri kita, maka tak akan pernah kita merasa hidup ini tak adil. Maupun sudah saatnya menikah, namun jodoh belum kunjung datang bukan berarti kita harus mendramatisir keadaan. Sekalipun bully dan teror pertanyaan kapan nikah selalu berdengung. Nikmatilah apa yang ada dalam hidup kita semaksimal mungkin. Kita tak akan pernah tau, maksud Tuhan men-delay jodoh kita beberapa saat. Yang jelas, Tuhan maha pembuat skenario terdahsyat. Jadi singkirkan pikiran negatif dan minder lantaran jodoh belum kunjung tiba.
Banyak cara yang dapat diakukan, salah satunya menikmati momen dengan teman yang tulus, sahabat dan keluarga semaksimal mungkin. Selagi masih sendiri, maksimalkan bersama orang2 terkasih. Jadi pikiran tidak terforsir mengapa, mengapa, dan mengapa masih sendiri. Semua ada massa-nya kok, jika sudah saatnya semua akan terjadi. Ga mau kan salah di/me nikah-i seseorang? Naudzubillah. Untuk itu, dikembalikan semua kepadaNya sang pembuat skenario terdahsyat.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment